Sabtu, 05 April 2008

isolasi DNA

ISOLASI DNA
1.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh jenis detergen terhadap hasil isolasi DNA pada buah.
2. Untuk mengetahui pengaruh jenis detergen terhadap kecepatan waktu pembentukan DNA pada proses isolasi DNA.
3. Untuk mengetahui pengaruh kandungan air yang terdapat pada suatu buah terhadap hasil isolasi DNA.
1.2 Rumusan Masalah
1. Adakah pengaruh jenis detergen terhadap hasil isolasi DNA pada buah?
2. Adakah pengaruh jenis detergen terhadap kecepatan pembentukan DNA pada proses isolasi DNA?
3. Adakah pengaruh kandungan air suatu buah terhadap hasil isolasi DNA?
1.3 Dasar Teori
Pada dasarnya, sel mengandung dua asam nukleat yaitu DNA dan RNA. DNA terletak pada kromosom, dijumpai di nukleus, mitokondria dan kloroplas. Sedangkan RNA dijumpai di nukleus, sitoplasma, dan ribosom. DNA ada dalam setiap sel makhluk hidup. Zat ini disebut cetak biru kehidupan karena memiliki peranan yang sangat penting, yaitu sebagai pembawa informasi hereditas yang menentukan struktur protein dan proses metabolisme lain. DNA bisa mengalami denaturasi dan renaturasi. Banyak hal yang mempengaruhi prosestersebut, antara lain suhu yang tinggi, pH ekstrim, kandungan elektrolit Na+ atau K+ dan komposisi basa C-G. (Hays, 2005).
Untuk mendapatkan DNA murni dari suatu sel dalam jaringan tubuh makhluk hidup dapat dilakukan suatu teknik isolasi DNA. Zubaidah (2004: 38) menyatakan bahwa isolasi DNA dapat dilakukan dengan berbagai cara, akan tetapi pada setiap jenis maupun bagian tanaman dapat menimbulkan masalah berbeda, antara lain karena adanya senyawa polifenol dan polisakarida dalam konsentrasi tinggi yang dapat menghambat pemurnian DNA dan juga mempengaruhi enzim-enzim seperti polimerase, ligase, endonuklease restriksi, atau enzim untuk kegiatan molekuler lain yang dapat menyebabkan DNA tidak dapat digunakan untuk aplikasi penelitian.
Menurut Anonim b (2005, dalam Jamilah, 2005: 10) proses ekstraksi DNA dari sel adalah langkah pertama dalam prosedur pemisahan DNA dari substansi lain yang tidak dionginkan dengansangat hati-hati sehingga tidak menyebabkan kerusakan DNA.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengeluarkan DNA dari dalam sel. Hal ini dapat dilakukan dengan merusak dinding sel, membran sel, dan membran inti. Usaha ini bisa dilakukan dengan cara fisik maupun kimiawi. Cara fisik bisa dilakukan dengan kekuatan mekanis seperti pemblenderan, penggerusan, atau peremasan dengan tangan. Sedangkan cara kimiawi bisa dilakukan dengan cara melisiskan barier sel menggunakan senyawa-senyawa kimia yang mampu merusak dinding dan membran sel. (Anonim f, tanpa tahun, dalam Jamilah, 2005: 11).
Menurut Tim Dosen Biologi FMIPA UB (tanpa tahun: 19-20) detergen sodium dodesil sulfat (SDS) bisa digunakan untuk merusak membran sel, karena detergen bisa menyebabkan hilangnya molekul lipid pada membran sel, sehingga bisa merusak struktur membran sel. Sedangkan menurut Anonim f (tanpa tahun, dalam Jamilah, 2005: 11) detergen bisa menyebabkan kerusakan membran sel dengan cara mengemulsi lipid dan protein sel serta menyela interaksi polar yang menyatukan membran sel karena detergen mengandung disodium EDTA dan lauryl sulfate yang memiliki fungsi yang sama dengan dudesil sulfat.
Pekat atau tidaknya larutan DNA tergantung dari peparasinya. Semakin baik preparasinya, seringkali menghasilkan DNA yang semakin pekat dan dengan demikian tidak membutuhkan pemekatan lebih lanjut, tetapi jika didapatkan DNA yang kurang pekat, maka diperlukan adanya pemekatan untuk meningkatkan konsentrasi DNA. (Jamilah, 2005: 14).
Cara yang sering digunakan adalah prespitasi ethanol. Dengan adanya garam (kation kovalen seperti Na+) dan pada suhu di bawah 20 0C atau kurang, ethanol absolut akan mempresipitasikan asam nukleat polimerik dengan baik. Pemekatan ini dilakukan dengan penambahan ethanol pada lapisan atas sampel sehingga terjadi prespitasi DNA pada perbatasan kedua larutan. (Jamilah, 2005: 14)
Dollard (1994, dalam Jamilah, 2005: 14) menyatakan bahwa garam juga memegang peranan penting lain, yaitu untuk menghilangkan protein dan karbohidrat karena garam dapat mnyebabkan keduanya terpresipitasi, dan bersama-sama dengan detergen, keduanya berfungsi seperti halnya lysing buffer.
1.4 Alat dan bahan
1. Alat-alat : - Beaker glass
- Pengaduk kaca (spatula)
- Corong plastik
- Blender
- Gelas ukur
- Tabung reaksi
- Rak tabung reaksi
- Pipet tetes
- Sendok plastik kecil
- Gelas air minum plastik bekas
2. Bahan : - Buah semangka
- Buah bengkoang
- Buah pear
- Buah pepaya
- Alkohol absolut 95%
- Detergen (Attack, Sunlight, Krim Ekonomi)
- Garam dapur (NaCl)
- Kertas saring
1.5 Prosedur kerja
1. Memblender potongan buah dengan menambahkan 20 ml air untuk mempermudah pengambilan sampel.
2. Menyaring dengan kertas saring dan menampung hasil saringan dalam gelas air minum plastik bekas.
3. Mengambil 30 ml hasil saringan lalu dimasukkan ke dalam beaker glass.
4. Menambahkan detergen sebanyak satu sendok teh (sendok plastik kecil).
5. Mengaduk hingga 15 menit, diusahakan tidak berbuih.
6. Menambahkan satu sendok spatula garam dapur dan mengaduknya kembali hingga larut.
7. Menyaring campuran tersebut kembali dengan menggunakan kertas saring.
8. Mengambil 12 ml hasil saringan dan memasukkannya dalam tabung reaksi masing-masing 4 ml setiap ulangan.
9. Menambahkan alkohol dingin dengan hati-hati melalui dinding tabung .
10. Menunggu sampai 10 menit, dan mengamati terjadinya perubahan dan mencatat waktunya, kemudian membandingkan hasil DNA yang terbentuk.
1.6 Data Hasil Pengamatan
1. Tabel untuk buah semangka
Detergen
Ulangan
Warna filtrat
Warna DNA
Kecepatan pmbentukan DNA
DNA yang terbentuk
Tiap tabung
Tiap detergen
Attack
a
b
c
Putih
Putih
Putih
Bening putih
Bening putih
Bening putih
12,50"
12,09"
8,91"
+++
++
+
+++
Sunligt
a
b
c
Orange
Orange
Orange
Bening putih
Bening putih
Putih bening
9,81"
24,58"
20,65"
+
++
+++
+
Krim ekonomi
a
b
c
Orange
Orange
Orange
Benang putih
Benang putih
Benang putih
0,64"
08,18"
04,62"
++
+++
+
++
2. Tabel untuk buah bengkoang
Detergen
Ulangan
Warna filtrat
Warna DNA
Kecepatan pmbentukan DNA
DNA yang terbentuk
Tiap tabung
Tiap detergen
Attack
a
b
c
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
18,8"
12,8"
5,8"
+++
++
+
+++
Sunligt
a
b
c
Putih keruh
Putih keruh
Putih keruh
Putih
Putih
Putih
8,8"
10,7"
8,1"
+
++
+++
+
Krim Ekonomi
a

b

c
Putih kekuningan
Putih kekuningan
Putih kekuningan
Benang putih
Benang putih
Benang putih
11,6"

6,1"

6,2"
+++

++

+
++

3. Tabel untuk buah Pear
Detergen
Ulangan
Warna filtrat
Warna DNA
Kecepatan pmbentukan DNA
DNA yang terbentuk
Tiap tabung
Tiap detergen
Attack
a
b
c
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
5,76"
4,56"
8,63"
+
+++
++
++
Sunligt
a
b
c
-
-
-
Putih
Putih
Putih
3,89"
4,64"
3,54"
+++
++
+
+++
Krim Ekonomi
a
b
c
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
9,45"
8,27"
6,30"
+++
+
++
+
4. Tabel untuk buah Pepaya
Detergen
Ulangan
Warna filtrat
Warna DNA
Kecepatan pmbentukan DNA
DNA yang terbentuk
Tiap tabung
Tiap detergen
Attack
a
b
c
Kuning telur
Kuning telur
Kuning telur
Putih keruh
Putih keruh
Putih keruh
8,46"
7"
8,09"
+++
+
+
+
Sunligt
a
b
c

Kuning telur
Kuning telur
Kuning telur
Putih
Putih
Putih
4,05"
7"
8,15"
+++
+
+++
+++
Krim Ekonomi
a
b
c

Kuning telur
Kuning telur
Kuning telur
Bening
Bening
Bening
9,5"
7"
8,3"
+++
+++
+
++

1.7 Analisis Data
Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa macam detergen dan tingkat kadar air yang terkandung dalam buah mempengaruhi jumlah dan kualitas DNA yang muncul dalam isolasi DNA. Data menunjukkan bahwa macam detergen mempunyai pengaruh berbeda pada jenis buah tertentu. Pada buah semangka dan bengkoang yang kadar airnya tinggi, detergan bubuk (dalam hal ini digunakan merk Attack) memberikan pengaruh paling baik dengan jumlah DNA yang terbentuk paling banyak dan memberikan warna yang paling bagus. Menyusul selanjutnya jenis detergen krim (krim Ekonomi) dan detergen cair (Sunlight).
Untuk buah pear yang kadar airnya sedang detergen cair (Sunlight) memberikan pengaruh paling baik, sedangkan detergen bubuk (Attack) dan detergen krim (krim Ekonomi) menyusul berikutnya. Pada buah pepaya yang memiliki kadar air paling rendah, detergen cair (Sunlight) memberikan pengaruh paling baik, detergen krim (krim Ekonomi) dan detergen bubuk (Attack) berada diurutan berikutnya.
Data yang diperoleh juga menunjukkan bahwa buah yang memiliki kadar air paling rendah dapat terbentu jumlah DNA yang paling banyak dan paling bagus. Semakin sedikit air yang terkandung dalam buah maka DNA yang akan terpresipitasi akan semakin sedikit.
Adapun waktu yang diperlukan untuk pembentukan DNA adalah bervariasi, umumnya rentang waktu yang diperlukan untuk pembentukan pada setiap ekstrak buah yang paling cepat adalah dengan penambahan detergen krim (krim Ekonomi), adapun untuk ekstrak buah yang ditambahkan detergen jenis lain rentang waktu untuk pembentukan DNA adalh bervariasi.
1.8 Pembahasan
Dari hasil isolasi DNA yang dilakukan, diketahui bahwa jenis detergen berpenuh terhadap hasil isolasi DNA dan jenis detergen tertentu memberikan pengaruh paling baik terhadap jenis buah tertentu pula dengan kadar air berbeda. Dari data dapat diketahui bahwa detergen bubuk (Attack) memberikan pengaruh paling baik pada buah dengan kadar air tinggi (semangka dan bengkoang), sedangkan detergen cair (sunlight) memberikan pengaruh paling baik pada buah dengan kadar air sedang (pear) dan buah dengan kadar air rendah (pepaya).
Perbedaan detergen dalam mempengaruhi tingkat pemunculan DNA dalm isolasi DNA ini disebabkan karena kandungan detergen tersebut berbeda, misalnya lauryl sulfat yang dapat berfungsi sama dengan dodesil sulfat dan disodium EDTA, serta kandungan zat pewarna dan zat aktif pemutih yang biasanya ada dalam detergen.
Menurut Jamilah (2005: 95) diantara detergen bubuk, detergen Attack menghasilkan warna yang paling baik, yaitu putih, detergen krim memberikan warna yang kurang baik karena menyebabkan warna filtrat mendekati warna detergen, sehingga isolasi DNA yang dihasilkan berwarna sama atau hampir sama dengan filtrat. Sementara pada isolat yang dihasilkan dari filtrat yang menggunakan detergen cair tidak menunjukkan adanya prespitasi DNA yang baik, kalaupun ada, konsentrasi dan viskositasnya sangat rendah. Pernyataan Jamilah tersebut dapat kita berikan pada isolasi DNA yang terjadi pada buah dengan konsentrasi air tinggi.
Sedangkan untuk mengetahui fungsi detergen dalam isolasi DNA ini menurut Anonim f (tanpa tahun, dalam Jamilah, 2005: 11) dalam proses isolasi DNA, detergen berfungsi untuk melisiskan barier (penghalang) sel secara kimia sebagai pengganti senyawa kimia yang mampu merusak dinding dan membran sel antara lain lisozim yang dapat mendegesti senyawa polimerik yang menyebabkan kekakuan sel dan etil endiamintetra asetat (EDTA) yang berfungsi untuk menghilangkan ion Mg2+ yang penting untuk mempertahankan keseluruhan struktur selubung sel, serta menghambat enzim-enzim seluler yang dapat merusak DNA (ion Mg2+ merupakan kofaktor penting bagi DNAse yang biasa "memakan" DNA).
Selain lisozim dan EDTA, bisa juga digunakan detergen seperti sodium dodesil sulfat (SDS) karena detergen ini bisa menyebabkan hilangnya molekul lipid pada membran sel, sehingga bisa meusak struktur membran sel (Tim Dosen Biologi FMIPA UB, tanpa tahun: 19-20). Anonim f (tanpa tahun, dalam Jamilah, 2005: 11) menyatakan bahwa detergen bisa menyebabkan kerusakan membran sel engan mengemulsi lipid dan protein sel serta menyela interaksi polar yang menyatukan membran sel karena detergen mengandung disodium EDTA dan lauryl sulfat yang memiliki fungsi yang sama dengan dodesil sulfat. Dollard (2005, dalam Jamilah, 2005: 11) menambahkan bahwa detergen ini kemudian membentuk kompleks dengam lipid dan protein dan menyebabkannya terpresipitasi ke dalam larutan.
Zubaidah (2004: 38) menambahkan bahwa padasaat penghancuran jaringan sampel pada awal proses isolasi DNA, terjadi pelepasan senyawa polifenol dan polisakarida. Senyawa polifenol yang teroksidasi akan mengadakan ikatan kovalen dengan DNA yang membentuk suatu senyawa kompleks berwarna kecokelatan, sedangkan polisakarida mengalami kompresipitasi dengan asam nukleat saat presipitasi dengan penambahan alkohol sehingga terbentuk suatu matriks seperti lem dalam jumlah berlebihan. Hal ini dapat menyebabkan DNA menjadi kental, sulit larut secara sempurna dan sulit di pipet meskipun telah dilarutkan dalam buffer TE. Akan tetapi jika ditinjau dari sudut pandang media, DNA yang baik adalah DNA yang serupa pintalan benang.
Ditinjau dari faktor penambahan garam ke dalam larutan detergen pada proses isolasi DNA, garam digunakan untuk melarutkan DNA, karena ion Na+ yang dikandung oleh garam mampu memblokir (membentuk ikatan) dengan kutub negatif fosfat DNA, yaitu kutub yang bisa menyebabkan molekul-molekul saling tolak mnolak satu sama lain sehinggga pada saat ion Na+ membentuk ikatan dengan kutub negatif fosfat DNA, DNA akan terkumpul (Dollard, 1994, dalam Jamilah, 2005: 21). Dari pernyataan tersebut, nampak bahwa selain digunakan untuk menghilangkan protein dan karbohidrat dan menjaga kesetabilan pH lysing buffer, garam juga membantu proses pemekatan DNA.
Konsentrasi DNA yang terpresipitasi tergantung dari beberapa hal, antara lain: keenceran sumber DNA yang digunakan dan suhu ethanol. Semakin encer filtrat, maka DNA yang terpresipitasi akan semakin sedikit. Sementara semakin dingin ethanol, DNA yang terpresipitasi semakin pekat. (Anonim c, 2005, dalam Jamilah, 2005: 21).
Menurut Anonim c (2005, dalam Jamilah, 2005: 21-22) pada saat penambahan ethanol, larutan akan tampak terbalik untuk beberapa saat, dan pada akhirnya ethanol akan berada di bagian atas tabung, sementara filtrat berada di bagian dasar tabung karena ethanol memiliki densitas (kerapatan) yang lebih kecil dibandingkan air. DNA akan tampak nyata sebagai strands (unting) putih atau suatu bahan yang kental dengan gelembung udara yang terperangkap di dalamnya. Gelembung ini yang akan menyebabkan DNA naik ke bagian atas larutan.
Ditinjau dari jenis buah yang digunakan sebagai sumber DNA, buah yang memiliki kadar air rendah menghasilkan presipitasi DNA yang lebih baik daripadabuah yang kadar airnya tinggi. Buah pepaya menunjukkan kualitas DNA terbaik disusul selanjutnya berturut turut buah pear, bengkoang, dan semangka. Hal ini sejalan dengan pendapat Anonim a (2005) bahwa dalam proses pembuatan sumber DNA untuk isolasi DNA, hendaknya jangan terlalu encer, karena semakin encer sumber DNA, DNA yang terpresipitasi akan semakin sedikit kerena sel yang lisis di dalam air tentu lebih sedikit jika dibandingkan dengan sumber DNA yang lebih kental. Anonim c (2005, dalam Jamilah, 2005: 21) menambahkan bahwa semakin encer filtrat, maka DNA yang terpresipitasi akan semakin sedikit.
Kecepatan pembentukan DNA juga dipengaruhi oleh jenis detergen yang digunakan, dalam hal ini detergen cair (Sunlight) memiliki kualitas paling baik dalam pembentukan DNA pada ekstrak buah. Ini karena dalam detergen bubuk, kandungan senyawa kimia untuk melisiskan sel terdapat dalam konsentrasi yang lebih tinggi daripada detergen jenis lain.
1.9 Jawaban Diskusi
1. Isolasi DNA adalah suatu metode untuk memisahkan DNA dari dalam sel. Strand individual DNA terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang, tetapi ketika strand tersebut mengumpul bersama-sama, strand tersebut akan tampak nyata (visibel), isolasi DNA adalah suatu teknik dimana hasil akhirnya strand-strand DNA dapat terpisah dari dalam sel dalam bentuk kumpulan strand berwujud benang-benang putih.
2. Fungsi reagen-reagen:
- Detergen
Berfungsi untuk melisiskan barier (penghalang) sel secara kimia sebagai pengganti senyawa kimia yang mampu merusak dinding dan membran sel antara lain lisozim yang dapat mendegesti senyawa polimerik yang menyebabkan kekakuan sel dan etil endiamintetra asetat (EDTA) yang berfungsi untuk menghilangkan ion Mg2+ yang penting untuk mempertahankan keseluruhan struktur selubung sel, serta menghambat enzim-enzim seluler ynag dapat merusak DNA (ion Mg2+ merupakan kofaktor penting bagi DNAse yang biasa "memakan" DNA). Detergen bisa menyebabkan kerusakan membran sel dengan mengemulsi lipid dan protein sel serta menyela interaksi polar yang menyatukan membran sel karena detergen mengandung disodium EDTA dan lauryl sulfat yang memiliki fungsi yang sama dengan dodesil sulfat.
- Garam Dapur (NaCl)
Garam memegang peranan penting yaitu untuk menghilangkan protein dan karbohidrat karena garam dapat mnyebabkan keduanya terpresipitasi, dan bersama-sama dengan detergen, keduanya berfungsi seperti halnya lysing buffer.
Garam juga digunakan untuk melarutkan DNA, karena ion Na+ yang dikandung oleh garam mampu memblokir (membentuk ikatan) dengan kutub negatif fosfat DNA, yaitu kutub yang bisa menyebabkan molekul-molekul saling tolak mnolak satu sama lain sehinggga pada saat ion Na+ membentuk ikatan denagn kutub negatif fosfat DNA, DNA akan terkumpul. Jadi nampak bahwa selain digunakan untuk menghilangkan protein dan karbohidrat dan menjaga kesetabilan pH lysing buffer, garam juga membantu proses pemekatan DNA.
- Alkohol dingin
Alkohol dingin berfungsi untuk pengikatan strand DNA yang telah terkumpul kerena pemekatan oleh garam, karena kerapatan alkohol lebih kecil dibandingkan kerapatan air maka alkohol akan berada di bagian atas larutan pada tabung reaksi. Strand-strand DNA yang terikat oleh alkohol akan nampak sebagi benang-benang putih yang terapung di atas filtrat.
3. Karena tujuan pengadukan disini adalah untuk merusak dinding dan membran sel agar sel mengalami lisis, bila sel lisis maka DNA akan keluar dari sel dengan warna putih, jika pengadukan dilakukan dengan keras maka DNA akan rusak dan dengan adanya buih DNA akan sulit teramati karena warnanya sama dengan warna buih detergen.
4. Untuk mencegah rusaknya DNA, tujuan pemblenderan adalah mendapatkan ekstrak sel, jadi bila pemblenderan dilakukan terlalu lama maka akan dapat mengakibatkan rusaknya sel beserta isinya termmasuk DNA yang ingin diamati.
5. Konsentrasi DNA yang terpresipitasi tergantung dari beberapa hal, antara lain: keenceran sumber DNA yang digunakan dan suhu ethanol. Semakin encer filtrat, maka DNA yang terpresipitasi akan semakin sedikit. Sementara semakin dingin ethanol, DNA yang terpresipitasi semakin pekat. (Anonim c, 2005, dalam Jamilah, 2005: 21). Dari pernyataan tersebut dapat diketahui alasan mengapa alkohol yang ditambahkan harus dingin, karena semakin dingin alkohol, maka konsentrasi DNA yang akan terikat oleh alkohol tersebut akan semakin pekat atau tinggi.
6. → Dari hasil isolasi DNA yang dilakukan, diketahui bahwa jenis detergen berpengaruh terhadap hasil isolasi DNA dan jenis detergen tertentu memberikan pengaruh paling baik terhadap jenis buah tertentu pula dengan kadar air berbeda. Detergen bubuk (Attack) memberikan pengaruh paling baik pada buah dengan kadar air tinggi (semangka dan bengkoang), sedangkan detergen cair (sunlight) memberikan pengaruh paling baik pada buah dengan kadarair sedang (pear) dan detergen krim (krim Ekonomi) memberikan pengaruh paling baik pada buah dengan kadar air rendah (pepaya). → Buah yang memiliki kadar air rendah menghasilkan presipitasi DNA yang lebih baik daripadabuah yang kadar airnya tinggi. Buah pepaya menunjukkan kualitas DNA terbaik disusul selanjutnya berturut turut buah pear, bengkoang, dan semangka
1.10 Kesimpulan
1. Jenis detergen berpengaruh terhadap hasil isolasi DNA pada buah, tingkat kualitas detergen dalam rangka membentuk DNA adalah bervariasi tergantung dari janis buah dan kandungan air buah. Detergen bubuk berkualitas lebih baik pada buah dengan kadar air tinggi sedangkan detergen cair berkualitas lebih baik pada buah dengan kadar air sedang dan rendah.
2. Jenis detergen mempengaruhi kecepatan waktu pembentukan DNA, detergen cair memiliki kualitas paling baik dalam kecepatan membentuk DNA, sedangkan detergen bubuk mempunyai kecepatan paling rendah dalam mementuk DNA.
3. Kadar air yang terkandung dalam buah mempengaruhi hasil isolasi DNA yang terbetuk, semakin tinggi kadar air yang terkandung dalam buah maka semakin rendah DNA yang akan terpresipitasi.




























DAFTAR PUSTAKA
Anonim a. 2005. DNA Extraction from Wheat Germ, (Online), (http://www.gslc.genetics.utah.edu/units/activities/wheatgerm.html, diakses 6 April 2007)
Hays, Lana. 2005. Introduction to DNA Extraction, (Online), (http://www.tsl.orst.edu.tgerc/dnaext.html, diakses 6 April 2007)
Jamilah. 2005. Pengaruh Berbagai Macam Detergen, Penambahan Enzim, dan Ekstrak Nanas (Ananas comusus (L) Merr) Terhadap Hasil Isolasi DNA Berbagai Macam Buah Sebagai Topik Praktikum Matakuliah Genetika. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang
Tim Dosen Biologi FMIPA UB. Tanpa Tahun. Teknik Analisis Protein dan DNA. Malang: FMIPA Universitas Brawijaya
Zubaidah, Siti. 2004. Identifikasi, Variasi Genetik, Distribusi dan Upaya Eliminasi Bakteri Penyebab CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration). Desertasi tidak diterbitkan. Malang: Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya.